Siapa yang baru beriman dan bertaubat
pada saat matahari terbit dari barat, ia tidak diterima darinya
Sabda Nabi SAW dalam hadis sahih,
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah Barat. Apabila ia
telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka
semua. Pada hari itu tidak bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman
sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya.” (Bukhari
dan Muslim)
Nabi SAW mengatakan tidak akan
diterima taubat setelah matahari naik daripada barat. Tetapi kebanyakan manusia
menunggu pada masa itulah mereka hendak bertaubat, namun taubat dan kebaikan
yang dilakukan pada masa itu sudah tidak berguna lagi.
Imam Al-Qurtubi menjelaskan alasan ditolaknya
orang yang baru hendak beriman pada hari itu, “Para ulama berkata, Iman tidak
berguna bagi pemiliknya pada waktu matahari terbit dari barat kerana ketakutan
yang dahsyat yang menyelimuti hatinya. Di mana ketakutan ini memadamkan semua
syahwat jiwa dan meluruhkan seluruh kekuatan tubuh. Maka seluruh manusia kerana
mereka telah yakin Kiamat sudah di ambang pintu, menjadi seperti orang yang
kematian berada di kelopak mata. Dalam keadaan demikian dorongan-dorongan
kepada kemaksiatan telah hilang dari mereka. Maka barangsiapa bertaubat dalam
keadaan ini maka taubatnya tidak diterima sebagaimana taubat orang yang maut
telah berada di kelopak matanya.” (Al-Tazkirah)
Ibnu Katsir rhm. berkata, “Siapa yang
baru beriman dan bertaubat pada saat matahari terbit dari barat, ia tidak
diterima darinya. Hal itu kerana ia adalah tanda Kiamat terbesar yang
menunjukkan kedekatannya, maka hari itu diperlakukan seperti hari Kiamat.”
(Al-Nihayah)
Firman Allah, “Maka tatkala mereka
melihat azab Kami, mereka berkata, “kami beriman hanya kepada Allah sahaja dan
kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah”.
Maka iman mereka tidak berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa
Kami. (Surah Al-Mukmin: 84-85)
“Mereka tidak menunggu kecuali
kedatangan hari Kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak
menyadarinya.” (Surah Al-Zukhruf: 66)
BAHAYA MENUNDA-NUNDA
Menunda-nunda taubat adalah perangkap
iblis yang paling berkesan agar manusia terhalang dari taubat dan meninggalkan
ketaatan. Perangkap syaitan halus, dia tidak menyuruh manusia supaya jangan
langsung berbuat baik, tetapi dia membisikkan kepada manusia agar menunggu
untuk melakukan kebaikan pada esok, lusa, minggu depan, tahun depan, sehingga
akhirnya tiba ajal dan tidak sempat lagi untuk berbuat apa-apa. Firman Allah
SWT,
“Orang-orang munafik itu memanggil
mereka (orang-orang mukmin) lalu berkata: “Bukankah kami dulu bersama-sama
dengan kalian?” Orang-orang mukmin menjawab: “Benar, tetapi kalian mencelakakan
diri kalian sendiri dan kalian menunggu dan kalian ragu-ragu serta ditipu oleh
angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kalian telah ditipu
terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Al Hadid: 14)
Berkata Ibnu Abbas ra., yang
dimaksudkan dengan firman Allah “dan kalian menunggu” adalah menangguh-nangguh
untuk bertaubat, “serta kalian ditipu oleh angan-angan kosong” iaitu dengan
menunda-nunda untuk beramal soleh, “sehingga datanglah ketetapan Allah”, iaitu
kematian. (Lihat Syu’ab Al-Iman)
Mengenangkan bahaya sikap
menunda-nunda, Rasulullah SAW telah mengingatkan kita supaya bersegera
mengerjakan kebaikan sepertimana sabda Baginda, “Gunakan lima perkara sebelum
datang lima perkara; masa mudamu sebelum masa tua, sihatmu sebelum sakitmu,
waktu kaya sebelum miskinmu, waktu lapang sebelum sibuk, dan hidup sebelum
mati.” (Sahih. Hadis riwayat Al-Hakim)
Menunda taubat dan amal soleh adalah
penyesalan di Hari Kiamat. Firman Allah SWT, “Dan pada hari itu diperlihatkan
neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi
mengingati itu baginya. Dia mengatakan: “alangkah baiknya sekiranya aku dahulu
mengerjakan (amal soleh) untuk hidupku ini.” (Surah Al-Fajr: 23-24)
MENGINGATI MATI AGAR SEGERA BERTAUBAT
Kebanyakan manusia seolah-oleh tahu
bila dia akan mati, kerana itu mereka menangguh-nangguh untuk buat baik.
“Tunggu lepas raya, aku akan mula buat baik, aku akan tinggalkan perbuatan
maksiat apabila masuk Ramadan nanti”, seolah-olah dia telah menyusun jadual
kematiannya, seperti dia tahu dia sempat bertaubat dalam masa beberapa tahun
lagi.
Firman Allah SWT, “Tiap-tiap umat
mempunyai ajal (batas waktu), maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak
dapat mengundurkannya sesaat pun dan tidak dapat mempercepatkannya.” (Al-A’raf:
34)
“Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui apa yang akan diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”. (Luqman: 34)
Hakikatnya kematian itu akan datang
pada bila-bila masa tanpa kita sangka-sangka. Kematian tidak akan terlewat
sedetik pun dan tidak akan cepat sedetik pun kerana ia datang dengan ketentuan
Allah SWT dan ilmunya hanya pada Allah SWT.
Al-Daqqaq rahimahullah berkata,
“Barangsiapa yang banyak mengingati mati dimuliakan dengan tiga hal: “Segera
bertaubat, hati merasa cukup, dan giat beribadah. Dan barangsiapa yang
melupakan kematian diberi hukuman dengan tiga hal; menangguhkan taubat, tidak
redha dengan keadaan, dan malas dalam beribadah.” (Al-Tadzkirah fi Ahwal
Al-Mauta wa Umur Al-Akhirah, karangan Al-Qurthubi).
KEBURUKAN DIGANTI KEBAIKAN
Taubat bukan saja merupakan
permohonan ampun atas dosa-dosa yang kita lakukan, tetapi ia juga ibadah yang
dicintai Allah kerana ia merupakan perintah Allah SWT. FirmanNya, “Wahai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya.” (Al-Tahrim: 8)
Rasulullah SAW sendiri mencintai
ibadah ini dan Baginda banyak memohon ampun daripada Allah walaupun telah
dijamin dalam Al-Quran bahawa dosa-dosa Baginda semuanya telah diampunkan.
Baginda bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan
beristighfarlah kepada-Nya, sesunggunya aku bertaubat kepadaNya dalam sehari
seratus kali.” (Hadis riwayat Muslim)
ALLAH mencintai hambaNya dan mahu
hambaNya bertaubat (kembali) kepadaNya setiap hari di siang dan malam hari.
Sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah membentangkan tanganNya pada malam
hari untuk menerima taubat orang yang berbuat keburukan pada siang hari, dan
Allah membentangkan tanganNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang
berbuat keburukan pada malam hari, sampai matahari terbit dari Barat (tidak
diterima lagi taubat).” (Riwayat Muslim)
Ini perkara yang dilalaikan oleh
kebanyakan manusia. Jangan lihat orang lain; tanyalah diri kita berapa kali
kita bertaubat dalam satu hari. Sedangkan Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah sangat gembira dengan taubat hambaNya melebihi kegembiraan salah seorang
di antara kalian yang kehilangan untanya di padang pasir kemudian menemukannya
kembali.” (Riwayat Muslim)
Bahkan kita dilarang berputus asa
dengan rahmat ALLAH yang antaranya adalah ampunan dariNya. Sebesar apa pun dosa
yang telah dilakukan, Allah SWT Maha menerima taubat selama mana hambaNya itu tidak
menganggap remeh dosanya, menyesal atas perbuatan dosanya dan bertekad untuk
tidak mengulanginya lagi, serta menyusuli perbuatan dosa itu dengan
memperbanyakkan amal soleh dan ketaatan-ketaatan kepada Allah.
Sabda Nabi SAW, “Sekiranya kalian
mempunyai dosa atau kesalahan sampai memenuhi langit kemudian kalian bertaubat,
nescaya Allah akan menerima taubat kalian.” (Sahih. Riwayat Ibnu Majah)
Ini adalah antara bentuk kasih sayang
Allah kepada hambaNya. Allah SWT membuka pintu taubat kepada hamba-hambaNya
dari sekecil-kecil dosa sehingga sebesar-besarnya.
“Katakanlah, wahai para hambaKu yang
melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa
terhadap rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa, sungguh
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah Al-Zumar : 53)
Bahkan ALLAH SWT menyebut keutamaan
hamba-hambaNya yang melakukan dosa-dosa besar kemudian mereka bertaubat kepada
ALLAH SWT, keburukan yang dilakukan itu kelak digantikan dengan kebaikan. Ini
sebagaimana firmanNya,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amalan soleh; Allah menggantikan keburukan mereka
dengan kebaikan, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan barangsiapa
bertaubat dan mengerjakan amalan soleh, maka sesungguhnya Dia bertaubat kepada
Allah dengan sebenar-benar taubat.” (Al-Furqan: 70-71)
Sumber - Ustaz Fathul Bari Mat Jahya
No comments:
Post a Comment